Bahas Perlindungan Lingkungan Laut, Menlhhut Buka Pertemuan IGR-4 di Bali

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya (Sumber: Greeners)

November 2018 lalu, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya membuka pertemuan ke-4 Intergovernmental Review (IGR-4) dari Global Programme of Action (GPA) di Nusa Dua, Bali.

IGR-4 bertemakan “Pollution in Ocean and Land Connection” merupakan pertemuan internasional negara-negara di dunia untuk membahas perlindungan lingkungan laut dari aktivitas-aktivitas berbasis lahan.

Siti menegaskan bahwa Indonesia sangat berkomitmen dalam implementasi perjanjian global terlebih lagi pada ekosistem laut dan pesisir yang mengalami ancaman serius. Diperkirakan 80% pencemaran laut berasal dari aktivitas berbasis laut dan darat.

Pada pertemuan IGR kali ini, ada sesi yang akan mengkaji global programme of action yang berkaitan dengan polusi dan ekosistem laut dari tahun 2012 sampai 2017.

Kemudian juga dibahas bagaimana langkah selanjutnya dari GPA, program-programnya dan perannya seperti apa. Program tersebut terkait dengan sampah laut, polusi tanah, dan kerusakan biodervisity.

IGR-4 juga membahas agenda yang akan dilakukan sampai tahun 2030. Pembahasan mencakup permasalahan ekosistem laut, air limbah yang masuk ke badan air dan ke laut, sampah laut, dan kenaikan suhu bumi yang menyebabkan kenaikan muka air laut.

Semua itu dibahas dan dilihat aksi konkretnya apa, lalu perlunya menambahkan apa lagi. Setelah itu akan dibahas di UN Environment Assembly.

Menurut Siti, Indonesia telah mendesak komitmen dari 156 perusahaan untuk mengurangi sampah plastik dan melakukan pembersihan pantai di 19 lokasi, serta melakukan rehabilitasi terumbu karang di 23 lokasi. 

Acara IGR-4 di Bali (Sumber: tempo.co)

Pemerintah Indonesia juga meluncurkan Rencana Aksi Nasional untuk mengurangi limbah plastik melalui berbagai kegiatan yang harus dilakukan oleh semua pemangku kepentingan.

Agenda 2 hari IGR-4 ini membahas perwakilan negara-negara yang menyepakati hasil review pelaksanaan program aksi di tingkat global, regional, dan nasional selama periode 2012-2017; Future of the Global Programme of Action pada periode 2018-2022; dan program aksi yang akan dilaksanakan pada periode 2018-2022.

Kesepakatan IGR-4 selanjutnya akan dituangkan dalam Bali Declaration on the Protection of the Marine Environment From Land-Based Activities.

Direktur Regional Asia Pasifik UN Environment, Dechen Tsering, mengatakan Indonesia berperan sebagai pemimpin untuk masalah perlindungan laut secara global. Apalagi saat ini IGR-4 membicarakan tentang perlindungan lingkungan laut dari aktivitas-aktivitas berbasis lahan.

“Kami sangat berterimakasih kepada Indonesia karena kami sangat membutuhkan dukungan dari semua negara untuk melindungi lingkungan laut. Polusi laut adalah hal yang sangat penting karena berkaitan dengan hasil pangan dan pertanian. Oleh karenanya kita butuh semua orang, kita butuh pemerintah untuk membentuk kebijakan, kita butuh masyarakat untuk mengadvokasi, kita butuh pihak swasta untuk berinvestasi. Dalam forum global ini kita bersama-sama melakukan aksi,” ujar Dechen.

Sebagai informasi, pada konferensi 5 tahunan Badan Lingkungan Hidup PBB (UNEP) ini, hadir sejumlah Menteri Lingkungan Hidup beserta perwakilan negara-negara anggota UN Environment, organisasi non pemerintah, para ahli, dan sejumlah anggota organisasi yang diakreditasi UN Environment Assembly. 

Pada acara pembukaan turut hadir Executive Director dari UNEP dan Gubernur Bali.

Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah setelah sebelumnya pertemuan IGR ke-1 diselenggarakan di Montreal, Kanada pada tahun 2001, pertemuan IGR ke-2 di Beijing, Cina tahun 2006, dan pertemuan IGR ke-3 di Manila, Filipina pada tahun 2012 dengan hasil Manila Declaration.


Sumber: Greeners

Komentar