(Sumber: Google) |
Saat ini, berbagai usaha dilakukan untuk menjaga kelestarian alam. Sektor apapun dituntut untuk menjaga lingkungan dan menerapkan pembangunan berkelanjutan. Termasuk dalam sektor ekonomi dan budidaya.
Indonesia terkenal akan kekayaan lautnya. Sumber daya ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan bijak agar bisa dinikmati anak bangsa.
Lalu bagaimana cara memproduksi rumput laut yang bertanggung jawab? Apa saja kegiatan budidaya rumput laut yang termasuk dalam standar ramah lingkungan?
WWF Indonesia dan SMART-Fish UNIDO (United Nations Industrial Development Organization) menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dalam sebuah seminar.
Sebanyak 27 peserta yang berasal dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan, kalangan pengusaha rumput laut di Indonesia dan ASTRULI (Asosiasi Industri Rumput Laut Indonesia) memenuhi ruang pertemuan di sebuah hotel kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Acara dibuka oleh perwakilan Direktorat Jenderal Pemasaran Produk Kelautan dan Perikanan. Selama 2 hari (6-7 Agustus 2018), peserta mendengarkan dan mendiskusikan praktik kegiatan budidaya dan usaha rumput laut yang memenuhi prinsip-prinsip keberlanjutan lingkungan.
Dengan metode in class training, WWF-Indonesia dan UNIDO memandu diskusi dan pemaparan 5 prinsip Standar Rumput Laut ASC (Aquaculture Stewardship Council) - MSC (Marine Stewardship Council) yang disampaikan oleh Patricia Bianchi, Seaweed Account Manager MSC dan ASC.
Budidaya rumput laut (Sumber: kkp.go.id) |
“Meningkatnya produksi rumput laut bersamaan dengan meningkatnya permintaan adanya sertifikasi bagi pelaku industri rumput laut. ASC dan MSC menyadari pentingnya sebuah standar yang memberikan apresiasi bagi mereka yang memanfaatkan rumput laut secara berkelanjutan dan juga sebagai tolak ukur program perbaikan. Memahami dan menjamin standar budidaya rumput laut berkelanjutan merupakan hal yang berkaitan dan menyuarakan berbagai permasalahan dalam pengimplementasiannya di Indonesia merupakan hal yang sangat penting,” ucap Patricia.
Standar ini mencakup 5 prinsip inti, yaitu
- Keberlanjutan populasi rumput laut non-budi daya,
- Dampak lingkungan,
- Penanganan efektif,
- Tanggung jawab sosial,
- Relasi dan komunikasi komunitas.
“Tujuan penyelenggaraan seminar ini adalah untuk mendukung pembudidaya rumput laut di Indonesia memahami prinsip dan standar keberlanjutan lingkungan dalam aktivitas budidaya. Harapannya adalah budidaya yang dilakukan tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar, keanekaragaman hayati dan masyarakat, serta berkeadilan bagi pekerja. Prinsip dan standar yang dibahas dalam seminar ini merupakan standar yang berlaku global, yaitu ASC-MSC,” ujar Cut Desyana, Aquaculture Coordinator WWF Indonesia.
Platform Sustainable Fisheries WWF Buka Ruang Bagi Pelaku Bisnis
Dari tanya jawab seminar tersebut, produsen rumput laut menyadari pentingnya memenuhi standar keberlanjutan lingkungan yang diakui secara global.
Adanya ekolabel menandakan bahwa produk rumput laut telah teruji kualitas dan proses perolehannya sesuai dengan prinsip keberlanjutan lingkungan, mendapat jaminan dari pasar, serta memperluas pangsa pasar.
Mengingat bahwa budidaya rumput laut merupakan salah satu produk ekspor terbesar bagi Indonesia, bisnis rumput laut di beberapa tingkatan budidaya sewajarnya dilakukan dengan praktik yang bertanggung jawab dan terjamin komitmennya.
(Sumber: Google) |
“Celebes Seaweed Group sangat diuntungkan dengan menjadi anggota Seafood Savers karena mendapat akses untuk mengikuti kegiatan seminar dan diskusi praktik yang akan menyatukan pemahaman para pelaku rumput laut dalam berbudidaya rumput laut bertanggung jawab,” ungkap Muchtar Saleh, Quality Control Celebes Seaweed Group.
Selain pengusaha di Sulawesi Selatan, asosiasi pengusaha rumput laut Indonesia yaitu ASTRULI pun mengungkapkan tren program perbaikan budidaya rumput laut penting bagi keberlanjutan bisnisnya.
“Mengikuti diskusi seminar, ekolabel adalah a new era. Jika selama ini produsen rumput laut hanya berfokus pada ketahanan pangan, namun kami kini baru menyadari bahwa kedepannya sertifikasi ekolabel lingkungan akan menjadi sebuah standar penjualan. Kami menyambut baik tren ini dan tentunya akan mendorong percepatannya dengan turut raising awereness on it,” ujar Adrian Setiadi, Wakil Sekretaris Jenderal ASTRULI.
“Lewat seminar ini, program perbaikan budidaya AIP Seafood Savers yang kami jalani akan lebih terarah lagi dan berfokus pada syarat utama perolehan ekolabel demi menjaga keberlangsungan dan peningkatan kualitas rumput laut Takalar,” tambah Muchtar Saleh.
Dari hasil diskusi, pengusaha memiliki peran yang signifikan dalam pemanfaatan dan keberlanjutan sumber daya alam.
Bergabungnya berbagai pengusaha dan stakeholder lain dalam upaya ini tentunya akan membantu percepatan praktik budidaya rumput laut yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Sumber: WWF
Komentar
Posting Komentar